June 4, 2012

Back in Time


Ini tentang jalan cerita sebuah cerita sendu
Singgah kenangan sedingin hujan yang berdebar di bawah jendela
Menyambar ke relung hati
Dalam kerinduan yang menjadi lebih berat dengan berjalannya waktu
Menyusuri jalan basah dan hujan
Dan melihat kembali kenangan kita
Hujan mengaburkan ingatan saya dari Anda
Mencerai-beraikan waktu Anda bersama saya, kenangan anda dengan saya
Dapatkah saya melakukan perjalanan  kembali waktu?
Hanya untuk sekali, bahkan jika itu yang terakhir
Mungkin aku akan lebih baik

May 26, 2012

Langkah

Suara kaki menghentak keras seperti mengagetkanku
Dari balik jendela itu, di persimpangan jalan
Anehnya jalanan itu sepi
Pergi kemana ya mereka?
Terlalu cepat melangkah atau aku yang terlalu lambat?

Setelah Ini Apa?

Hari ini aku dikejutkan dengan sesuatu yang tidak bisa ku tolak kedatangannya, rasanya Tuhan seperti tidak kehabisan kejutan untuk memberiku ‘hadiah’. Hadiah  kecil yang kuterima hari ini adalah  SKS anda kurang dari 120, Gagal daftar ppl semester dengan tanda merah yang terus berkedap-kedip di layar monitor.

Today, I was wondering..

Setelah ini Apa?

Tuhan marah ga ya kalo aku terlalu cengeng?

..

..

Aku masih belum tahu

May 24, 2012

di rumah anggie

Saya suka foto ini karena foto ini jelek. Hihi. Disini kami terlihat seperti pemandu pariwisata yang sedang beristirahat di waroeng sunda. Teman saya Ani terlihat seperti kelelahan. Matanya yang sipit hampir menutupi seluruh bola matanya yang hitam.Terlihat tidak karuan dengan emotion yang tak terbaca seperti menahan kantuk yang melelahkan. Hihi the good job camera. :)



Foto ini di ambil di rumah anggie, saat menghadiri resepsi pernikahan teman kami, Anggie dan Dendi, with no angle perfect because too perfect is not perfect. 

ps : beneran deh kayanya saya tuh kurang kerjaan banget, segala rupa ditulis. Hikss..

May 23, 2012

Falling in Write

 “Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?" -Pramoedya AT

Menurut saya, membaca manusia itu lebih mudah dengan membaca karya tulisannya daripada mendengarkan dia bicara. Apakah tulisan itu misalnya memenuhi standar penulisan atau bahkan jurnalistik yang baik atau tidak, tak ada yang ambil pusing.

Menulis. Entah apa jadinya saya tanpa menulis. Mungkin saya adalah orang paling mati rasa di dunia. Tulisan saya sebenarnya tidak bagus-bagus amat, tapi bodo amat, siapa peduli? Jika saya hanya terus memikirkan perkara bagus-tidak bagus, benar-tidak benar menurut pandangan orang yang mungkin  belum tentu juga benar kapan saya akan mulai menulis? Menulis adalah salah satu alat bertahan hidup saya yang utama, setelahnya mungkin saya akan sisipkan 'membaca' Al-Qur'an (smg ga ada yg bilng sok religi, tp klo pun ada biarkan sajalah), membaca buku, menonton film dan tertawa. Alat-alat yang membuat kepala saya tetap waras dan selalu merasa punya teman bercerita.

Blog ini, entah kenapa saya tidak harus merasa perlu untuk selalu mempublishnya di jejaring sosial. Mungkin karena deep down inside, saya tahu kebanyakan isinya adalah sampah hahaha dan gengsi saya memang sepertinya cukup besar. Blog ini banyak menyimpan bagian lain dari saya, dengan kata lain, the part of me yang tidak perlu semua orang tahu. Dibalik tawa, tidak selalu tersimpan cerita bahagia. Tentang patah hati, atau ketika sedang gundah gulana atau marah? Saya tuliskan semua disini. Rasanya selalu menyenangkan setelah menulis.

Setelah dipikir-pikir beruntung sekali orang yang setiap harinya dapat menulis satu paragraph saja di blognya. Karena saat dia meninggal nanti tulisannya akan terus bercerita, ia tetap abadi. Dan saya pun jadi terinspirasi untuk kembali memposting sesuatu di blog saya. 

May 21, 2012

Yang Penting Halal



Dari sekian banyak produk budaya made in Indonesia ada satu yang paling rancu menurut saya, yakni ; acara pernikahan.

Pernikahan dalam arti sebenarnya yang hanya bermodal penghulu, saksi dan wali + mahar (menurut Islam), harus dibungkus puluhan juta hingga ratusan juta rupiah karena yang tak wajib menjadi lebih mahal daripada yang wajib. Pesta meriah, makanan mewah hingga pelaminan megah adalah salah satu atribut pernikahan-pernikahan di Indonesia. Dalam agama Kristen setahu saya pun hanya cukup bermodal pastor/pendeta lalu petugas dari catatan sipil.

Pernikahan yang nilainya sangat sakral karena ada dua orang yang begitu berani mengucap janji sampai mati, menjadi ajang silahturahmi dan basa-basi. Ini tidak masalah untuk orang-orang yang punya uang berlebih dan memang ikhlas berniat mencari pahala tanpa mengharap angpaw dengan memberi makan gratis ratusan hingga ribuan orang. Tapi tentunya ini bisa membuat orang-orang yang tidak punya uang lebih tidak bisa tidur dan bekerja lebih giat sampai badan rontok demi mencari modal untuk biaya pernikahan.

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu teman lama semasa SMA. Ngobrol kesana-kesitu-kemari akhirnya sampai juga pada pembicaraan, "Lo kapan nikah sama si X?". FYI teman saya ini sudah hampir 6 tahun berpacaran dan sampai kini masih awet rajet. Jawaban dari teman saya ini cukup membuat saya tertegun.

"Yah rencana sih udah ada dari dua tahun lalu, tapi uangnya belum ada"

"Uang buat apa maksudnya?",

"Buat pestanya.."

Saya pikir uang belum cukup itu untuk modal, misal ; beli/ngontrak rumah, biaya rumah tangga dll. Alangkah kasihannya, niat yang begitu berani dan mulia harus tertahan gara-gara 'uang belum cukup'. Entah siapa pula yang menstandardisasi pernikahan di Indonesia harus disertai resepsi yang menguras habis tabungan calon pengantin atau kocek orang tua mereka.

Sikap seperti ini tertanam dalam benak banyak orang dan akhirnya berubah dari budaya menjadi aturan baku tak tertulis. Orang-orang yang merasa kecil hati ketika mereka tidak diundang dalam acara pernikahan, padahal mungkin saja yang punya acara kelupaan atau memang tidak mengundang karena keterbatasan dana. Saya rasa wajar saja. Tidak semua orang punya uang berlebih. Saya sendiri jujur saja tidak merasa keberatan kalau tidak diundang. Selain karena saya malas memakai sepatu hak tinggi, saya tidak terlalu suka makan sambil berdiri, belum ditambah macet keluar rumah di hari sabtu/minggu :p

Bisa jadi hal ini juga terjadi karena pengaruh cerita/novel/film barat yang mengkonstruksikan pernikahan layaknya putri dan pangeran dalam dongeng. Akibatnya gadis-gadis remaja pun banyak yang memimpikan dan merancang pernikahan seakan dia adalah Kate Middleton dan Pangeran William. Padahal sesungguhnya, di Barat pun banyak orang yang sangat selektif mengundang calon undangan pernikahan mereka. Dengan alasan, mereka menganggap pernikahan adalah hal yang sangat pribadi dan mereka tidak mau acara pernikahan mereka menjadi ajang basa-basi. Cukup hanya keluarga dan teman terdekat saja karena mereka ingin merasa senyaman mungkin di hari bahagia mereka.

Saya rasa kita seharusnya mewajarkan saja apabila ada orang yang menikah dan tidak mengadakan pesta. Cukup mengirim kue/makanan disertai pemberitahuan bahwa si X dan si Y telah menikah pada hari XYZ. Selain tidak perlu keluar rumah, kita pun senang karena dikirimi makanan. :p dan kalo mau menyinggung 'produk budaya' lainnya, yakni ; membeli doa, bukankah si penerima kue juga akan lebih senang mendoakan si pengantin tanpa harus bermacet-macet ria? Haha..

Maka itu saya seringkali berpikir apa tujuan sebenarnya resepsi mewah dan meriah ? Untuk ajang silahturahmi atau untuk menaikkan gengsi? Akan menjadi sangat sulit kalau ternyata jawabannya hanya gengsi. Karena yang saya tahu, gengsi adalah hal termahal dan paling merepotkan di dunia ini. Hehe..

Bukan saya tidak setuju dengan resepsi besar-besaran, hanya saja untuk orang-orang yang tidak memiliki dana berlebih tak perlu juga memaksakan resepsi megah apalagi sampai harus berhutang kesana-kesitu-kemari. Kecuali anda menikahi Raja Minyak Dunia, haha. Seperti pak Ustad bilang, "Tak perlu resepsi, yang penting SAH".

Yaa apa mau dikata, kadang budaya memang lebih kuat daripada agama ya? :)

Kalo bagi saya sendiri masalahnya bukan pestanya.. Tapi sapa calonnya? Jadi, hmmm kira-kira kapan ya? Haha.. Masih belum terjawab. Baiklah. Kembali ke.. laptop.

Choose The Life (i) Want


Choice.
It's all about freedom--the freedom to pick one thing over another.
Are you choosing what you want from life?

1.       To finish my education. I think i had enough school in my entire life.

2.       To stop wasting my life away. I'm 24 years old now. I feel like i'm wasting my time a lot lately.

3.       To be happy in love - and get married.  Gave birth to a cute baby . Further request : Just hope Allah give me the right men for me and kids

4.       To be able to help Indonesia children. Whether it be working with children or just helping campaigns.

5.       Be financially independent

Mari kita tutup post ini dengan sama-sama mengucapkan. Alhamdulillah. Amien...