Tak tau ingin menuliskan apa.. Rasanya hampir semua tema kehidupan ini seolah semua pernah tertuliskan, ah tidak lebih tapatnya terasakan. Sekarang ini hanya ada malam yang belum lagi purna diiringi gemericik hujan yang menambah malam semakin panjang untuk dilalui dalam cengkeraman hawa dingin. Sepanjang hari hujan menetesi bumi, membasahi jalan, hingga awan tak berkesempatan menampakkan diri. Saat malam tiba bulan dan bintang pun entah dimana, sosoknya tak terlihat lagi saat langit mulai mengguyurkan hujan. Inginku berbincang pada hujan, hai hujan saat kemarau hadirmu begitu dinantikan, layaknya kekasih yang tak sabar menanti pujaan hatinya. Layaknya petani yang mengharapkan dirimu meyemai padi-padi mereka. Layaknya seorang hamba yang merindukan belaian Tuhan setelah sekian lama tak menghadirkan Tuhan dalam jiwanya. Hadirmu sangat dirindukan dan dinantikan oleh seluruh makhluk di bumi ini, teman-temanku pun sangat menyukaimu. Karena kami tahu kau tercipta sebagai rahmat.. Bukan begitu?? Ya, ku harap kau selalu dapat menjadi rahmat dan berkah bagi kami yang kadang angkuh terhadap alam ini.
Namun sesekali aku juga pernah memperhatikanmu, mungkin tanpa kau sadari.. Bukan bermaksud ingin mempertanyakan kehadiranmu, tapi masih teringat dibenakku bahwa kau juga pernah hadir dalam bentuk yang lain. Pernah suatu ketika kudapati kau hadir seperti badai dalam segelas kopi, dan saat itu kehadiranmu begitu mangerikan dan menyakitkan bagiku.. kau mengirimkan banjir yang siap menerjang dan menerjang apa pun yang ada hingga makhluk di bumi sulit bernafas lagi. Sungai - sungai meluap, pohon-pohon tumbang, binatang ternak tak pernah kembali lagi ke kandangnya, dan petani di rundung duka mendalam karena padi mereka hancur bersama air yang meluap deras. Dan saat itu tak seorang pun berani bertanya, untuk apa Tuhan mengirimmu??
Tentulah sebuah isyarat, sebagai pelajaran agar manusia dapat bersahabat dengan alam, tidak melukai alam ini dengan sesuatu yang mencemarkan, merawat dan menjaganya sebagaimana Tuhan telah bermurah hati menciptakan alam ini untuk kehidupan manusia. Melukai alam berarti juga melukai Tuhan sebagai pencipta alam ini, bisa jadi demikianlah isyarat Tuhan. Dan setelah itu, aku ingin meyampaikan pada hujan bahwa aku akan setia menjadi sahabatmu, jadi aku mohon dan berharap padamu kirimkanlah selalu padaku rintik hujan yang menyejukkan hatiku, menajamkan pendengaranku agar aku mengerti pesan yang Tuhan sampaikan melalui irama tetes airmu, dan mengindahkan pandanganku dari tetes air yang menyirami sawah-sawah para petani. Hujan seperti itulah yang kudambakan, hujan yang dapat memberi getar di ruang hatiku tentang arti penciptaanNya. Mau kah kau berjanji padaku hujan?? “Itu tergantung bagaimana dirimu memperlakukanku dan alam ini“, jawab hujan.
PS: “..dan apakah bumi yang kita tinggali ini akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung pada apakah kita menjadi lebih baik atau lebih buruk dalam hal memperlakukan bumi yang kita diami ini.” # Save our earth dari segala kemungkinan yang terjadi.
(Ita Sriwahyuni, Januari 2012)
hujan ^_^
ReplyDelete