Hai note lama tak berbincang denganmu, saat aku mulai menuliskan baris kata-kata ini bersamaan dengan turunnya hujan yang membasahi jalan. Hujan sepanjang pagi ini membuatku dingin namun itu tak membuatku menjadi malas dan menarik selimut dalam-dalam. Ya, walau tak bisa kupungkiri cuaca adakalanya memang bisa jadi pengaruh. Tapi tidak untuk musim ini, walau ingin sekali ada yang dapat membawaku pergi berlibur..hmm, tapi kurasa belum saatnya. Karena rasanya pasti kurang nyaman pergi berlibur dengan meninggalkan setumpuk tugas kuliah. Kamu pasti setujukan?
Oke note, pasti kamu bertanya-tanya atau sedang berpikir apa yang kali ini akan aku ocehkan? Itu pun kalo kamu bisa berpikir? Sebenarnya aku hanya sedang bingung, bingung tentang suatu hal. Kamu tau tidak bingung itu apa? Bingung itu saat kita sedang mencari alamat yang ingin dituju, sudah bertanya-tanya pada banyak orang tetap saja tak bisa menemukan alamat yang dimaksud. Mungkin karena penunjuk jalan di negeri ini tidak jelas.
Di indonesia, mungkin rambu penunjuk jalan itu tak terlalu dianggap penting. Lagi pula tata kotanya kebanyakan tidak jelas. Tidak heran kalo mungkin ada ratusan atau bahkan ribuan orang setiap harinya yang bingung, nanya-nanya arah jalan di jakarta. Wah menarik note, klo ada data, info survei soal kota itu, di indonesia dan dunia. Kota – kota mana saja yang jalan - jalannya tidak membuat bingung, petunjuk – petunjuk jalannya jelas, lengkap, bersahabat dengan pendatang? Kira – kira pernah ada survei semacam itu tidak ya?
Maaf note kenapa jadi ngalor ngidul soal kebingungan petunjuk jalan di ibu kota!! Simpelnya mungkin karena alamatnya palsu :D. Bisa jadi begitu note, di jaman yang penuh kepalsuan ini bukan cuma alamat palsu Ayu Tingting yang penyanyi terkenal itu saja note, tapi juga ada janji palsu para pejabat dan petinggi kesohor negeri ini yang buat banyak orang jadi semakin bingung. Mungkin mereka (petinggi) itu juga punya kebingungannya sendiri, bingung bagaimana memenuhi janji-janji yang sudah terlanjur terucap saat kampanye. Ah, tapi aku sedang tidak ingin membahasnya. Bisa panjang lagi daftar janji yang akan diurai.
Baiklah ini soal kebingunganku note, apa kau masih setia mendengarku? “Tentu pastinya”,
Tiba-tiba saja segalanya menjadi rumit buatku note mungkin juga buatnya, jika benar demikian maka aku merasa menjadi orang yang sangat jahat karena telah membuat beban dan ketidaknyamanan bagi hidup seseorang. Berminggu-minggu kita menjadi sepasang manusia yang begitu asing. Padahal kita telah melewatkan kehidupan di musim yang sama, walau tumbuh di dua pohon yang sama sekali berbeda. Seolah kita telah menjelma bagai dua prajurit yang telah menanam ranjau di medan perang dan sama-sama berhati-hati agar tidak menginjaknya. Kau mengerti maksudku note? “Ya, teruskanlah”,
Ya, jika boleh jujur note aku merasa sangat kehilangan, kehilangan seorang teman yang menurutku sejiwa. Pada awalnya ku pikir aku adalah orang yang beruntung karena bisa menemukan teman yang dapat saling mengisi, bertukar pikiran dan tentunya tempatku bertanya mengenai banyak hal yang tidak kumengerti. Tapi itu hanya berlangsung singkat note, entah apa penyebab pastinya aku pun belum bisa mengerti hanya saja kini aku merasa dia telah menghilang bahkan sebelum semuanya dimulai. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin kuceritakan, kubagi, dan kutanyakan padanya. Namun dia mengatakan lampu telah mati dan ceritapun telah di tutup.
Aku pun merasa bahwa kehidupan ini memang soal memperoleh dan kehilangan. Setiap perolehan adalah satu kehilangan yang lain dan apa yang diperoleh tak pernah mampu membayar rasa kehilangan. Dan dalam hidup kita harus prepare untuk itu, meskipun waktu tak pernah cukup untuk mencerna semuanya. Dan pertanyaan yang membuatku berada dalam kebingungan ini adalah Tuhan ciptakan satu bumi. Tapi manusia ciptakan banyak dunia..berbeda-beda. Bisakah kita ada di dunia yang sama?
Ohy note, kau tahu setiap kehilangan itu juga menyisakan rasa sakit. Tapi aku akan meminjam perkataan John Lenon, “mari kita ukur rasa sakit itu menggunakan Tuhan”. Tepat sekali apa yang dikatakan John, menghalau kebingungan dan rasa sakit dengan jalan berpegangan pada tali Tuhan. Tapi maksudku disini Tuhan bukan hanya sebagai pelarian, walau kadang manusia menggunakanNya hanya sebagai pelarian semata. Namun setidaknya menurutku itu adalah pelarian yang tepat. Pelarian, Penghiburan Diri, dan Pelupaan. Ketiganya memang tidak menyelesaikan masalah. Tapi kita setia menjalaninya dalam kehidupan sehari-hari, dengan suka, luka, atau kecewa.
(Maret-April 2012)
No comments:
Post a Comment