May 26, 2012

Langkah

Suara kaki menghentak keras seperti mengagetkanku
Dari balik jendela itu, di persimpangan jalan
Anehnya jalanan itu sepi
Pergi kemana ya mereka?
Terlalu cepat melangkah atau aku yang terlalu lambat?

Setelah Ini Apa?

Hari ini aku dikejutkan dengan sesuatu yang tidak bisa ku tolak kedatangannya, rasanya Tuhan seperti tidak kehabisan kejutan untuk memberiku ‘hadiah’. Hadiah  kecil yang kuterima hari ini adalah  SKS anda kurang dari 120, Gagal daftar ppl semester dengan tanda merah yang terus berkedap-kedip di layar monitor.

Today, I was wondering..

Setelah ini Apa?

Tuhan marah ga ya kalo aku terlalu cengeng?

..

..

Aku masih belum tahu

May 24, 2012

di rumah anggie

Saya suka foto ini karena foto ini jelek. Hihi. Disini kami terlihat seperti pemandu pariwisata yang sedang beristirahat di waroeng sunda. Teman saya Ani terlihat seperti kelelahan. Matanya yang sipit hampir menutupi seluruh bola matanya yang hitam.Terlihat tidak karuan dengan emotion yang tak terbaca seperti menahan kantuk yang melelahkan. Hihi the good job camera. :)



Foto ini di ambil di rumah anggie, saat menghadiri resepsi pernikahan teman kami, Anggie dan Dendi, with no angle perfect because too perfect is not perfect. 

ps : beneran deh kayanya saya tuh kurang kerjaan banget, segala rupa ditulis. Hikss..

May 23, 2012

Falling in Write

 “Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?" -Pramoedya AT

Menurut saya, membaca manusia itu lebih mudah dengan membaca karya tulisannya daripada mendengarkan dia bicara. Apakah tulisan itu misalnya memenuhi standar penulisan atau bahkan jurnalistik yang baik atau tidak, tak ada yang ambil pusing.

Menulis. Entah apa jadinya saya tanpa menulis. Mungkin saya adalah orang paling mati rasa di dunia. Tulisan saya sebenarnya tidak bagus-bagus amat, tapi bodo amat, siapa peduli? Jika saya hanya terus memikirkan perkara bagus-tidak bagus, benar-tidak benar menurut pandangan orang yang mungkin  belum tentu juga benar kapan saya akan mulai menulis? Menulis adalah salah satu alat bertahan hidup saya yang utama, setelahnya mungkin saya akan sisipkan 'membaca' Al-Qur'an (smg ga ada yg bilng sok religi, tp klo pun ada biarkan sajalah), membaca buku, menonton film dan tertawa. Alat-alat yang membuat kepala saya tetap waras dan selalu merasa punya teman bercerita.

Blog ini, entah kenapa saya tidak harus merasa perlu untuk selalu mempublishnya di jejaring sosial. Mungkin karena deep down inside, saya tahu kebanyakan isinya adalah sampah hahaha dan gengsi saya memang sepertinya cukup besar. Blog ini banyak menyimpan bagian lain dari saya, dengan kata lain, the part of me yang tidak perlu semua orang tahu. Dibalik tawa, tidak selalu tersimpan cerita bahagia. Tentang patah hati, atau ketika sedang gundah gulana atau marah? Saya tuliskan semua disini. Rasanya selalu menyenangkan setelah menulis.

Setelah dipikir-pikir beruntung sekali orang yang setiap harinya dapat menulis satu paragraph saja di blognya. Karena saat dia meninggal nanti tulisannya akan terus bercerita, ia tetap abadi. Dan saya pun jadi terinspirasi untuk kembali memposting sesuatu di blog saya. 

May 21, 2012

Yang Penting Halal



Dari sekian banyak produk budaya made in Indonesia ada satu yang paling rancu menurut saya, yakni ; acara pernikahan.

Pernikahan dalam arti sebenarnya yang hanya bermodal penghulu, saksi dan wali + mahar (menurut Islam), harus dibungkus puluhan juta hingga ratusan juta rupiah karena yang tak wajib menjadi lebih mahal daripada yang wajib. Pesta meriah, makanan mewah hingga pelaminan megah adalah salah satu atribut pernikahan-pernikahan di Indonesia. Dalam agama Kristen setahu saya pun hanya cukup bermodal pastor/pendeta lalu petugas dari catatan sipil.

Pernikahan yang nilainya sangat sakral karena ada dua orang yang begitu berani mengucap janji sampai mati, menjadi ajang silahturahmi dan basa-basi. Ini tidak masalah untuk orang-orang yang punya uang berlebih dan memang ikhlas berniat mencari pahala tanpa mengharap angpaw dengan memberi makan gratis ratusan hingga ribuan orang. Tapi tentunya ini bisa membuat orang-orang yang tidak punya uang lebih tidak bisa tidur dan bekerja lebih giat sampai badan rontok demi mencari modal untuk biaya pernikahan.

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu teman lama semasa SMA. Ngobrol kesana-kesitu-kemari akhirnya sampai juga pada pembicaraan, "Lo kapan nikah sama si X?". FYI teman saya ini sudah hampir 6 tahun berpacaran dan sampai kini masih awet rajet. Jawaban dari teman saya ini cukup membuat saya tertegun.

"Yah rencana sih udah ada dari dua tahun lalu, tapi uangnya belum ada"

"Uang buat apa maksudnya?",

"Buat pestanya.."

Saya pikir uang belum cukup itu untuk modal, misal ; beli/ngontrak rumah, biaya rumah tangga dll. Alangkah kasihannya, niat yang begitu berani dan mulia harus tertahan gara-gara 'uang belum cukup'. Entah siapa pula yang menstandardisasi pernikahan di Indonesia harus disertai resepsi yang menguras habis tabungan calon pengantin atau kocek orang tua mereka.

Sikap seperti ini tertanam dalam benak banyak orang dan akhirnya berubah dari budaya menjadi aturan baku tak tertulis. Orang-orang yang merasa kecil hati ketika mereka tidak diundang dalam acara pernikahan, padahal mungkin saja yang punya acara kelupaan atau memang tidak mengundang karena keterbatasan dana. Saya rasa wajar saja. Tidak semua orang punya uang berlebih. Saya sendiri jujur saja tidak merasa keberatan kalau tidak diundang. Selain karena saya malas memakai sepatu hak tinggi, saya tidak terlalu suka makan sambil berdiri, belum ditambah macet keluar rumah di hari sabtu/minggu :p

Bisa jadi hal ini juga terjadi karena pengaruh cerita/novel/film barat yang mengkonstruksikan pernikahan layaknya putri dan pangeran dalam dongeng. Akibatnya gadis-gadis remaja pun banyak yang memimpikan dan merancang pernikahan seakan dia adalah Kate Middleton dan Pangeran William. Padahal sesungguhnya, di Barat pun banyak orang yang sangat selektif mengundang calon undangan pernikahan mereka. Dengan alasan, mereka menganggap pernikahan adalah hal yang sangat pribadi dan mereka tidak mau acara pernikahan mereka menjadi ajang basa-basi. Cukup hanya keluarga dan teman terdekat saja karena mereka ingin merasa senyaman mungkin di hari bahagia mereka.

Saya rasa kita seharusnya mewajarkan saja apabila ada orang yang menikah dan tidak mengadakan pesta. Cukup mengirim kue/makanan disertai pemberitahuan bahwa si X dan si Y telah menikah pada hari XYZ. Selain tidak perlu keluar rumah, kita pun senang karena dikirimi makanan. :p dan kalo mau menyinggung 'produk budaya' lainnya, yakni ; membeli doa, bukankah si penerima kue juga akan lebih senang mendoakan si pengantin tanpa harus bermacet-macet ria? Haha..

Maka itu saya seringkali berpikir apa tujuan sebenarnya resepsi mewah dan meriah ? Untuk ajang silahturahmi atau untuk menaikkan gengsi? Akan menjadi sangat sulit kalau ternyata jawabannya hanya gengsi. Karena yang saya tahu, gengsi adalah hal termahal dan paling merepotkan di dunia ini. Hehe..

Bukan saya tidak setuju dengan resepsi besar-besaran, hanya saja untuk orang-orang yang tidak memiliki dana berlebih tak perlu juga memaksakan resepsi megah apalagi sampai harus berhutang kesana-kesitu-kemari. Kecuali anda menikahi Raja Minyak Dunia, haha. Seperti pak Ustad bilang, "Tak perlu resepsi, yang penting SAH".

Yaa apa mau dikata, kadang budaya memang lebih kuat daripada agama ya? :)

Kalo bagi saya sendiri masalahnya bukan pestanya.. Tapi sapa calonnya? Jadi, hmmm kira-kira kapan ya? Haha.. Masih belum terjawab. Baiklah. Kembali ke.. laptop.

Choose The Life (i) Want


Choice.
It's all about freedom--the freedom to pick one thing over another.
Are you choosing what you want from life?

1.       To finish my education. I think i had enough school in my entire life.

2.       To stop wasting my life away. I'm 24 years old now. I feel like i'm wasting my time a lot lately.

3.       To be happy in love - and get married.  Gave birth to a cute baby . Further request : Just hope Allah give me the right men for me and kids

4.       To be able to help Indonesia children. Whether it be working with children or just helping campaigns.

5.       Be financially independent

Mari kita tutup post ini dengan sama-sama mengucapkan. Alhamdulillah. Amien...

May 19, 2012

Money..money..money


Hanya bila pohon terakhir telah tumbang ditebang; hanya bila tetes air sungai terakhir telah tercemar; hanya bila ikan terakhir telah ditangkap; barulah kita sadar bahwa uang di tangan tidak dapat dimakan (kata bijak suku Indian, Kompas)

May 2, 2012

In May, Everyday is May Day


Waktu pun lewat mengapung tanpa terasa. Tanpa terasa pula waktu menyeret saya pada usia 24 tahun. Tepat 24 tahun silam pada tangal 02 Mei 1988 lahirlah seorang bayi perempuan ke bumi tanpa dosa, meramaikan isi jagat raya dengan suara tangis dan tawanya. Tangis pertamanya adalah kebahagian terbesar bagi kedua orangtuanya. Ya, bayi itulah diri saya sekarang. Yang sudah bukan lagi manusia tanpa dosa tapi telah berlumur dengan dosa. Namun harapan terbesar seorang manusia adalah bisa kembali pulang dalam fitrahnya. Dan itu juga yang menjadi harapan terbesar saya. Allah, Tuhan saya sudah begitu baik memberikan kehidupan ini. Tentu, tidak ada hal lain yang dapat saya lakukan selain bersyukur atas jatah usia yang masih diberikan hingga detik ini. Meskipun saya tak pernah tahu di waktu pagi apakah saya akan terus hidup menyaksikan jatuhnya malam. Memandang bulan yang putih dingin, dari langit yang tak berawan. Tak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi esok?

… hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk keperluan hari esok …. (QS. Al-Hasyr [59]: 18)

Kepada teman, sahabat dan keluarga tercinta terimakasih untuk ucapan dan doa’anya. Semoga matahari masih menerangi langit, bulan, bintang, dan jalan setapak pepohonan. Seperti do’a dan harapan kalian saya pun berharap bisa menjadi seperti matahari yang terus setia menyinari. In May, everyday is May day :)

Bunga Mawar Ada Tanpa Kenapa

Baiklah, ku akui aku memang tidak bisa membohongi perasaan sendiri. Tapi apa boleh buat aku seperti dipaksa melawan arus untuk tetap setia menyimpan dan menjaganya agar tetap rapih. Sampai kapan? Mungkin sampai benar-benar hilang menguap bersama hembusan angin atau sampai takdir baik berpihak padaku. Because life must go on..begitu kata banyak orang, apapun yang terjadi kita harus terus move on and you can do it. Ya, aku setuju dengan itu. Tapi masalahnya adalah kita masih diberi ruang dan waktu untuk bertemu dan itu yang membuatku sulit. Oh Good, what I can do?

Aku sudah mencoba sekuat hati mengendalikan hati dan pikiranku. Berbagai pelarian dan pelupaan pun sudah kulakukan, tapi tetap belum berhasil juga. Seorang dosen dalam mata kuliah KSHP yaitu pelajaran tentang menganalisa, beliau pernah berkata, “pertemuan itu adalah obat”. Obat itu seharusnya bisa menyembuhkan. Tapi itu tidak berlaku buatku, sebab jika sesuatu yang tidak bisa dimiliki maka pertemuan itu justru menjadi terasa menyakitkan. Sometimes I wish I was a little girl again because bruised knees heal faster than broken hearts. 

Ternyata obat itu tidak selamanya menyembuhkan. Dan seperti yang dikatakan Dominique Lapierre,” apa yang tidak bisa disembuhkan harus ditahankan”. Aku rasa aku hanya belum menemukan obat yang tepat. Mungkin sebenarnya hanya Dialah (Tuhan) obatnya. Mungkin hanya Dia yang selama ini kita (manusia) cari tanpa henti, mungkin hanya Dia satu-satunya yang bisa menyembuhkan, mungkin hanya Dia yang dapat mengembalikan segalanya. Antara 'ya' dan 'tidak' ada 'mungkin' di antaranya. Dan terkadang yang paling pasti dari semuanya hanyalah 'mungkin'. Namun kadang manusia sendiri yang tidak ingin meminumnya dan berpaling pada obat lain yang belum pasti adanya. Atau kita lupa bagaimana cara meminumnya?

Hmm setelah dipikir-pikir agak 'lucu' juga..ini seperti kisah klasik SMA tempo dulu yang kembali terulang and no happy ending. Someone said, “True love stories should never have a happy ending, because true love stories never end”. Apakah ini bisa dibilang sejati? Aku tidak tahu. Hanya saja kata group band letto dalam sebuah lagunya, “Yang sejati tak akan berdalih”. Mungkin ini hanya sebuah perjalanan cinta yang menggelitik  dan bisa dibilang sedikit naif. Sebab aku tidak tahu pasti apakah orang di ujung sebrang sana memiliki perasaan yang sama? Dan dalam  benak muncul pertanyaan why? Kenapa? Kenapa dia? Kenapa harus kamu? Kenapa bukan A? kalau pun misalnya itu terjadi  pada si A, maka orang bisa bertanya pula, kenapa A? Kenapa bukan B? Why nut? Kenapa kacang? Kenapa bukan anggur? Kenapa harus ada? Dan pertanyaan ‘kenapa’ takkan pernah punya tepi. Sementara waktu adalah kepastian untuk mati. Ada seorang penyair dari Jerman yang mengatakan bunga mawar ada tanpa kenapa. Kenapa harus kenapa, kenapa harus untuk apa. Kita tidak tahu untuk apa itu. Tidak semua hal bisa ditanya untuk apa.

Okelah, kalo misalkan kita anggap saja ini hanya suatu kebetulan, berarti hidup ini hanya berisi suatu kebetulan-kebetulan saja? Kebetulan kita dipertemukan di kampus yang sama, kebetulan kita berpapasan di jalan, kebetulan kita punya hobby yang sama, kebetulan kita pernah dalam satu organisasi yang sama dan masih banyak lagi kebetulan-kebetulan lainnya. Dan ini berarti bertolak belakang dengan apa yang disebut konsep takdir. Atau mungkin perasaan ini juga hanya kebetulan belaka??

Aku pun berfikir apakah ini harus disesali atau disyukuri? Dan akupun lebih memilih yang kedua, bahwa segala sesuatu yang hadir dalam hidup kita adalah tamu yang dikirim Tuhan untuk menghidangkan pelajaran berharga dan itu layak disyukuri. Apapun bentuk dan rupa tamu itu pastilah terselip pelajaran besar di sana. Bahwa kita perlu meyakini dalam lika liku perjalanan hidup manusia tidak ada penderitaan yang abadi, selalu ada cahaya di ujung terowongan yang gelap sekalipun. Kita hanya perlu melanjutkan perjalanan untuk keluar dari gelapnya terowongan dan menemukan cahaya kembali.

Mengakhiri perjalanan singkat tulisan ini, aku akan meminjam kalimat Paul Theroux, "Perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku". Batin hening di tengah hingar duniawi. Perjalanan adalah perhentian tiada henti. Perhentian adalah perjalanan itu sendiri. Private journey? Hmm seperti perjalanan jauh ke dalam diri tak bertepi? Di mana air mata jadi doa ketika sepi melampaui arti?


PS : To someone deep inside my heart, thanks for your inspiration.

(Mei 2012)