May 2, 2012

Bunga Mawar Ada Tanpa Kenapa

Baiklah, ku akui aku memang tidak bisa membohongi perasaan sendiri. Tapi apa boleh buat aku seperti dipaksa melawan arus untuk tetap setia menyimpan dan menjaganya agar tetap rapih. Sampai kapan? Mungkin sampai benar-benar hilang menguap bersama hembusan angin atau sampai takdir baik berpihak padaku. Because life must go on..begitu kata banyak orang, apapun yang terjadi kita harus terus move on and you can do it. Ya, aku setuju dengan itu. Tapi masalahnya adalah kita masih diberi ruang dan waktu untuk bertemu dan itu yang membuatku sulit. Oh Good, what I can do?

Aku sudah mencoba sekuat hati mengendalikan hati dan pikiranku. Berbagai pelarian dan pelupaan pun sudah kulakukan, tapi tetap belum berhasil juga. Seorang dosen dalam mata kuliah KSHP yaitu pelajaran tentang menganalisa, beliau pernah berkata, “pertemuan itu adalah obat”. Obat itu seharusnya bisa menyembuhkan. Tapi itu tidak berlaku buatku, sebab jika sesuatu yang tidak bisa dimiliki maka pertemuan itu justru menjadi terasa menyakitkan. Sometimes I wish I was a little girl again because bruised knees heal faster than broken hearts. 

Ternyata obat itu tidak selamanya menyembuhkan. Dan seperti yang dikatakan Dominique Lapierre,” apa yang tidak bisa disembuhkan harus ditahankan”. Aku rasa aku hanya belum menemukan obat yang tepat. Mungkin sebenarnya hanya Dialah (Tuhan) obatnya. Mungkin hanya Dia yang selama ini kita (manusia) cari tanpa henti, mungkin hanya Dia satu-satunya yang bisa menyembuhkan, mungkin hanya Dia yang dapat mengembalikan segalanya. Antara 'ya' dan 'tidak' ada 'mungkin' di antaranya. Dan terkadang yang paling pasti dari semuanya hanyalah 'mungkin'. Namun kadang manusia sendiri yang tidak ingin meminumnya dan berpaling pada obat lain yang belum pasti adanya. Atau kita lupa bagaimana cara meminumnya?

Hmm setelah dipikir-pikir agak 'lucu' juga..ini seperti kisah klasik SMA tempo dulu yang kembali terulang and no happy ending. Someone said, “True love stories should never have a happy ending, because true love stories never end”. Apakah ini bisa dibilang sejati? Aku tidak tahu. Hanya saja kata group band letto dalam sebuah lagunya, “Yang sejati tak akan berdalih”. Mungkin ini hanya sebuah perjalanan cinta yang menggelitik  dan bisa dibilang sedikit naif. Sebab aku tidak tahu pasti apakah orang di ujung sebrang sana memiliki perasaan yang sama? Dan dalam  benak muncul pertanyaan why? Kenapa? Kenapa dia? Kenapa harus kamu? Kenapa bukan A? kalau pun misalnya itu terjadi  pada si A, maka orang bisa bertanya pula, kenapa A? Kenapa bukan B? Why nut? Kenapa kacang? Kenapa bukan anggur? Kenapa harus ada? Dan pertanyaan ‘kenapa’ takkan pernah punya tepi. Sementara waktu adalah kepastian untuk mati. Ada seorang penyair dari Jerman yang mengatakan bunga mawar ada tanpa kenapa. Kenapa harus kenapa, kenapa harus untuk apa. Kita tidak tahu untuk apa itu. Tidak semua hal bisa ditanya untuk apa.

Okelah, kalo misalkan kita anggap saja ini hanya suatu kebetulan, berarti hidup ini hanya berisi suatu kebetulan-kebetulan saja? Kebetulan kita dipertemukan di kampus yang sama, kebetulan kita berpapasan di jalan, kebetulan kita punya hobby yang sama, kebetulan kita pernah dalam satu organisasi yang sama dan masih banyak lagi kebetulan-kebetulan lainnya. Dan ini berarti bertolak belakang dengan apa yang disebut konsep takdir. Atau mungkin perasaan ini juga hanya kebetulan belaka??

Aku pun berfikir apakah ini harus disesali atau disyukuri? Dan akupun lebih memilih yang kedua, bahwa segala sesuatu yang hadir dalam hidup kita adalah tamu yang dikirim Tuhan untuk menghidangkan pelajaran berharga dan itu layak disyukuri. Apapun bentuk dan rupa tamu itu pastilah terselip pelajaran besar di sana. Bahwa kita perlu meyakini dalam lika liku perjalanan hidup manusia tidak ada penderitaan yang abadi, selalu ada cahaya di ujung terowongan yang gelap sekalipun. Kita hanya perlu melanjutkan perjalanan untuk keluar dari gelapnya terowongan dan menemukan cahaya kembali.

Mengakhiri perjalanan singkat tulisan ini, aku akan meminjam kalimat Paul Theroux, "Perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku". Batin hening di tengah hingar duniawi. Perjalanan adalah perhentian tiada henti. Perhentian adalah perjalanan itu sendiri. Private journey? Hmm seperti perjalanan jauh ke dalam diri tak bertepi? Di mana air mata jadi doa ketika sepi melampaui arti?


PS : To someone deep inside my heart, thanks for your inspiration.

(Mei 2012)

2 comments:

  1. wuaaa~ kereeen banget ka T^T
    be positive for future sist :D

    ReplyDelete
  2. Thnx nayla for your coment^^
    Yups, ambil yg baiknya saja n buang jauh yg buruknya termsuk tulisan ni diambil yg baiknya sj :)

    ReplyDelete